Home » , , » Indikator Dasar untuk Short-Term Trading

Indikator Dasar untuk Short-Term Trading

Sekian banyak indikator teknikal yang beredar secara umum seringkali memberikan indikasi berlainan. Hal ini menyebabkan banyak penggunanya menjadi salah kaprah dalam membaca indikator-indikator tersebut. Penggunaan indikator secara berlebihan bahkan dapat menyebabkan si pengguna gagal melihat indikasi-indikasi yang seharusnya bisa dilihat dengan mudah.
Dalam rubrik trading strategy bulan ini, kami mengangkat penggunaan 2 buah indikator yang dianggap sebagai ‘indikator dasar’. Penggunaannya secara bersamaan mungkin bisa menghasilkan return optimal dan mempersingkat periode transaksi. Indikator-indikator yang akan kami gunakan pada kesempatan kali ini adalah Bollinger Band danMoving Average (pada grafik 15 menit). Adapun produk-produk yang efektif digunakan dengan memakai indikator ini adalah pasangan mata uang utama seperti EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY dan AUD/USD.
Bollinger Band adalah indikator teknikal yang diciptakan oleh John Bollinger pada 1980-an, dan baru dipatenkan tahun 2011 lalu. Ada banyak cara bagi pelaku pasar dalam mengimplementasikan Bollinger Band, yakni melakukanbuy ketika harga menyentuh lower Bollinger Band (batas bawah), dan menutup posisinya pada saat harga mencapai nilai tengah (Moving Average) dari Bollinger Band. Demikian pula sebaliknya, melakukan sell pada saat harga mencapai upper Bollinger Band, dan menutup posisi di garis Moving Average-nya. Namun tidak sampai di situ, ada juga yang menggunakannya dengan cara lain yaitu melakukan buy bila harga menembus ke atas upper Bollinger Band, dan sell bila harga menembus ke bawah lower Bollinger Band.
Implementasi
Tetapi dalam metode yang dikembangkan oleh Mark Larsen, seorang trader dan peneliti indikator pasar derivatif yang lama berkutat dengan berbagai indikator, penggunaan Bollinger Band adalah dengan memakai periode 10 dan digunakan sebagai acuan untuk masuk pasar.
Perhatikan gambar grafik 15 menit di bawah ini. Apabila harga mencapai lower bollinger tetapi ditutup di atas garis tersebut, lalu pada pergerakan harga selanjutnya mencatat penguatan, maka nilai lower bollinger tersebut menjadiindikasi. Biarkan harga terbentuk kembali, dan saat harga ditutup di bawah nilai indikasi, maka menjadi sinyal konfirmasi untuk mengambil posisi Buy/Long (lihat tabel 1 pada gambar).
Sebaliknya bila harga mencapai upper bollinger dan ditutup di bawah garis tersebut lalu pada pergerakan harga selanjutnya mencatat pelemahan, maka nilai upper bollinger tersebut menjadi indikasi. Setelah harga kembali terbentuk dan naik, ditutup di atas nilai indikasi maka menjadi sinyal konfirmasi untuk mengambil posisi Sell/Short(lihat tabel 2 pada gambar).
 
Level Target Profit
Untuk menutup posisi, kita gunakan indikator Moving Average, yakni garis yang terbentuk dari rata-rata nilai beberapa periode. Pada metode ini kita menggunakan Simple Moving Average periode 14, yang dipakai sebagai level untuk keluar (Target Profit) dari posisi kita. Penggunaan MA 14 (garis merah pada gambar) ini adalah untuk menghindari terjadinya kerugian transaksi karena kita menanti pencapaian mid bollinger sebagai exit level. Sangat disarankan untuk menghindari melakukan transaksi dengan menggunakan strategi ini pada saat/mendekati event/berita penting. Mengingat pergerakan harga yang terlalu volatile sehingga mempengaruhi indikator teknikal yang digunakan.
Level Stop Loss
Alangkah baiknya jika setiap transaksi disertai batasan risiko yang sewajarnya. Pada studi teknikal ini, kami sarankan untuk menyertai batasan risiko apabila harga turun ke bawah level rendah/low dari batang harga indikasi atau low dari batang harga saat kita masuk buy. Tabel 1 mengambarkan level cut loss pada low batang harga indikasi, di mana level low ini lebih rendah dibanding low pada batang harga sinyal entry level buy. Sebaliknya bila harga naik ke atas level tinggi/high dari batang harga indikasi atau high batang harga saat kita masuk sell. Seperti yang terlihat pada tabel 2 dimana menggambarkan level cut loss berada pada high batang harga entry level sell, karena lebih tinggi dibanding high pada batang harga indikasi.
Hal yang paling sulit dilakukan adalah mencari level indikasi, sehingga diharapkan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukannya. Kesabaran dalam menanti entry level sangat dibutuhkan karena terkadang kita fokus pada 1 level indikasi sehingga melewatkan harga yang membentuk sinyal indikasi yang berlawanan. Hal itu membuat kita gagal memanfaatkan peluang pasar yang telah terbentuk.
Share this article :
 
Support : FBS | Aforex | Octafx | Igofx | Xm | Justforex | Ironfx
Copyright © 2014. . - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger